Melakukan Penaksiran Tinggi Dengan Metode Perbandingan Segitiga
Dalam menaksir tinggi terdapat berbagai cara dan
metode seperti metode menaksir tinggi dengan menggunakan bantuan
bayangan, metode segitiga siku-siku (45 derajat), dan lain sebagainya.
Pada kesempatan ini kita akan mempelajari menaksir tinggi dengan
menggunakan metode perbandingan segitiga. Metode ini memanfaatkan teori
kesebangunan segitiga. Dengan menggunakan metode menaksir ini, hasil
yang didapat akan lebih akurat serta memudahkan dalan verifikasi ulang
ataupun pengecekan kembali (termasuk penilaian) karena menggunakan rumus
yang sistematis.
Namun menaksir tinggi dengan menggunakan metode perbandingan segitiga ini hanya bisa dilakukan jika kondisi tanah di sekitar obyek yang ditaksir dalam kondisi datar. Jika kontur tanah miring harus menggunakan metode yang lain karena hasilnya dipastikan tidak akan akurat.
Diumpamakan sedang menaksir tinggi sebuah pohon. Untuk mempermudah penjelasan, perhatikan gambar berikut:
Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
-
Ukurlah dengan menggunakan tongkat pramuka (biasanya berukuran 160 cm) dari pangkal pohon ke sebelah samping. Panjang ukuran terserah, menyesuaikan dengan kondisi medan. Dalam kasus ini seumpama diukur sebanyak 5 tongkat yang berarti sejauh 800 cm atau 8 meter (160 x 4 = 640). Tandai sebagai titik “B”.
-
Di titik “B” tersebut dirikan tongkat pramuka secara tegak lurus.
-
Intailah dari seberang titik “C” ke puncak pohon yang ditaksir tingginya (titik “D”) melalui ujung atas tongkat (titik “E”) sehingga antara titik A, E, dan D membentuk garis lurus.
-
Agar tercipta garis lurus rubah atau geser maju dan mundur titik pengintaian (titik A).
-
Jika telah terbentuk garis lurus antara titik A, E, dan D, ukurlah jarak antara titik “B” dan “A”. Seumpama hasil pengukuran jarak AB adalah 190 cm.
Setelah semua langkah pengukuran dan pengintaian
tersebut di atas dilakukan sekarang saatnya melakukan penghitungan
dengan menggunakan rumus perbandingan segitiga sebagai berikut: CD = BE X (AB + BC) : AB. Tulislah dalam selembar kertas dilengkapi dengan sketsa penaksiran. Lebih jelasnya seperti ini:
Diketahui | : | BE AB BC |
= = = |
160 cm (tongkat pramuka) 190 cm 640 cm |
|
Ditanya | : | CD | = | Tinggi Pohon? | |
Jawab | : | CD | = | BE X (AB + BC) : AB 160 X (190 + 640) : 190 160 X 830 : 190 132.800 : 190 698,9474 cm dibulatkan menjadi 699 cm atau 6,9 meter |
Jadi tinggi pohon adalah 6,9 meter
Dari hasil penaksiran tersebut kita dapatkan hasil
kira-kira tinggi pohon adalah 699 cm atau 6,9 meter (1 meter = 100 cm,
berarti 699 dibagi 100 = 6,99). Yang perlu diperhatikan agar dalam
melakukan penaksiran tinggi mendapatkan hasil yang paling akurat adalah:
-
Saat melakukan pengintaian, posisi mata harus sedekat mungkin dengan tanah. Untuk itu sentuhkan kepala ke tanah dan pejamkan mata yang sebelah atas sehingga pengintaian (pembidikan) menggunakan satu mata yang terdekat dengan tanah.
-
Posisi tongkat (BE) saat pembidikan harus benar-benar tegak lurus dengan tanah jangan miring.
Pada langkah-langkah di atas posisi titik BE tidak
berubah. Jika pengintaian belum menghasilkan garis “AED” yang lurus,
lokasi pengintaian (titik A) yang diubah maju atau mundur. Bagi beberapa
pramuka ada yang memilih titik A (lokasi pengintaian) sebagai titik
statis statis yang tidak berubah-rubah lokasinya sebaliknya titik “BE”
(tongkat) berubah maju mundur hingga pengintaian menghasilkan garis
“AED” yang lurus. Jika memilih langkah yang demikian pengukuran titik AB
dan BC dilakukan setelah pengintaian selesai.
Itulah langkah-langkah dan rumus menaksir tinggi
dengan menggunakan metode perbandingan segitiga. Di samping membutuhkan
ketelitian juga dibutuhkan kerja sama antar anggota regu agar proses
penaksiran berjalan lancar dan hasilnya akurat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar